Keagungan dan Kemuliaan Akhlak Nabi Muhammad SAW II
Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri tanpaperlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untukkeperluan keluarga maupun untuk dijual.
Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang sudahsiap di masak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsinglengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur.
Sayidatina 'Aisyah menceritakan: ”Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pulang kembali sesudah selesai sembahyang.”
Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat laparwaktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yangmentah pun tidak ada karena Sayidatina 'Aisyah belum ke pasar. MakaNabi bertanya,
"Belum ada sarapan ya Khumaira?” (Khumaira adalah panggilan mesra untukSayidatina 'Aisyah yang berarti 'Wahai yang kemerah-merahan')Aisyah menjawab dengan agak serba salah, "Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata,
”Kalau begitu aku puasa saja hari ini.” tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya.
Pernah baginda bersabda, "sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya.”
Prihatin, sabar dan tawadhuknya baginda sebagai kepala keluarga.
Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh parasahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lainamat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olahsendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu samalain. Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itulangsung bertanya setelah selesai bersembahyang :
"Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?”
"Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar”
"Ya Rasulullah... mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh,kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan?Kami yakin engkau sedang sakit...”
desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut.Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisibatu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yangmenimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.
"Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak akan mendapatkannya buat tuan?”
Lalu baginda menjawab dengan lembut, ”Tidak para sahabatku. Akutahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akanaku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadibeban kepada umatnya?” "Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAHbuatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia inilebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”
Baginda pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.
Hanya diam dan bersabar bila kain rida'nya direntap dengan kasar oleh seorang Arab Badwi hingga berbekas merah di lehernya.
Dan dengan penuh rasa kehambaan baginda membasuh tempat yangdikencingi si Badwi di dalam masjid sebelum menegur dengan lembutperbuatan itu.
Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa kehambaan dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ketuanan.
Anugerah kemuliaan dari ALLAH tidak dijadikan sebab untuk merasalebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam keseorangan.
Ketika pintu Syurga telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda,baginda masih berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerusberibadah, hingga pernah baginda terjatuh, lantaran kakinya sudahbengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemahuan jiwanyayang tinggi.
Bila ditanya oleh Sayidatina 'Aisyah, "Ya Rasulullah, bukankahengkau telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payahbegini?”
Jawab baginda dengan lunak, "Ya 'Aisyah, bukankah aku ini hanyalahseorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”
Rasulullah s. a. w. bersabda, "Sampaikan pesanku walau sepotong ayat”
Muhammad SAW dan Pengemis Buta
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiapharinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahaisaudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itupembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya makakalian akan dipengaruhinya.”
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya denganmembawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAWmenyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkanpengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalahRasulullah SAW yang dihinanya setiap hari. Rasulullah SAW melakukan halini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yangmembawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatuhari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung kerumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteriRasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, "Anakku, adakahkebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”
Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnahdan hampir tidak ada satu pun kebiasaan Rasulullah yang belum ayahlakukan kecuali satu saja.” "Apakah Itu?,” tanya Abubakar RA. "Setiappagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakanmakanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana,” kataAisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makananuntuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemisitu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulaimenyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, ”Siapakah kamu?”Abubakar RA menjawab, ”Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).””Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemisbuta itu.
”Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dantidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku ituselalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut,setelah itu ia berikan padaku,” pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambilberkata kepada pengemis itu, ”Aku memang bukan orang yang biasa datangpadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itutelah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.”
Mendengar penjelasan Abubakar RA, seketika itu juga pengemis itumeledak tangisnya, sangat menyesal, dan dalam basahnya air mata iaberkata, ”Benarkah itu? Selama ini aku selalu menghinanya,memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, iamendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia,begitu agung.... ”
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.