Debat Rocky Gerung vs Ali Mochtar Ngabalin dan Profesor Henri Subiakto
Awalnya saya tidak peduli dan tidak ngeh waktu ramai informasi debat RG vs Ngabalin dan Staf Kominfo. Karena saya rasa ini sudah mainstream, RG vs NG, walau pastinya akan sangat menghibur dan mengundang senyum bahkan tawa. Tapi tadi baru saya tonton video official dari Dua Sisi TvOne karena ternyata yang disebut staf kominfo sumbar ini pak Henri Subiakto. Nama yang yang rasanya tidak asing. Ternyata benar itu pak Henri Subiakto, Ketua Dewan Pengawas(Dewas) Perum LKBN ANTARA dulu. Saya pernah bertemu tapi lupa berapa kali dengan pak Henri Subiakto ini, baik di Biro Padang maupun di Antara Pusat. Yang pernah berinteraksi dengan pak Henri Subiakto saya yakin kesan pertama pak Henri Subiakto pasti ramah dan murah senyum, pintar, cerdas juga berwibawa. Dan saya yakin masih begitu sampai saat ini walau sudah lama berlalu.
Mengenai debat setelah saya tonton ya gimana ya, namanya RG ya begitulah jangan sampai emosi terpancing, jangan terlalu serius juga. Menjawab pertanyaan langsung ke intinya saja. Saya berharap dijawab dengan data dan keterangan saja, misal nya dana 90 miliar itu adalah 1,2,3,4 jelaskan singkat per item, lalau alasan pakai influencer, kalau bisa perbandingan hasil pakai dan tidak, sudah, tidak ada celah. Tapi kok jawaban malah kementrian kominfo tidak bayar influencer(gratis), kominfo membuat program membuat influencer... saya jadi pusing "program menyewa influencer untuk membuat jadi influencer", padahal kalau djelaskan uang sekian em itu untuk ini ini ini dan hasilnya ini ini ini. kan lebih todepoin dan lebih "ilmiah". Saya lihat pak Henri Subiakto entah kenapa sampai terpancing dan meluaplah semua. Saya yang nonton saja heran bengong, kok bisa sampai begitu pak Henri Subiakto ya? rasanya tidak percaya.
Dan semakin tidak habis pikir tweet-tweet pak Henri Subiakto hari-hari setelah acara debat yang sudahlah tidak bagus isinya bahkan malah menyerempet ke islam intoleran. Satu hal yang menurut saya gak seharusnya di ucapkan. Selain tidak ada kaitannya. Apa islam intoleran itu tidak ada? ada! sama juga dengan katolik intoleran, protestan intoleran, hindu intoleran, budha intoleran, khong hu chu intoleran, agnostik intoleran, bahkan atheis intoleran. Hal yang tidak perlu dan tidak penting diucapkan. apalagi.. apalagi.. ah sudahlah
Semoga hal ini cepat berakhir, jadi pelajaran bagi kita semua. Kasihan pak Henri Subiakto jadi bulan-bulanan netijen, takutnya nanti merambat kemana-mana, misalnya universitas, titel, pendidikan dan bahkan SARA. :o