Jika Urusan tidak diserahkan pada Ahlinya, Kehancuran akan Terjadi
Kita semua pasti tidak mau jika misalnya, ketua PSSI diangkat orang yang tidak suka bola. Begitu juga misalnya Ketua IDI diangkat yang bukan dokter, bukan orang kesehatan. Banyak contoh lainnya, tapi kadang rasa suka, malu atau cinta pada seseorang membuat kita berubah jadi permisif, membiarkan atau hanya memilih diam. Kementrian adalah bidang yang spesifik, dan sebaiknya(seharusnya) dipimpin orang yang sesuai spesifikasinya juga. Misal mentri pendidikan ya harus orang pendidikan atau faham pendidikan. Mentri kesehatan yang orang kesehatan. Mentri olahraga ya orang olahraga. Mentri kelautan ya orang faham kelautan, gak mungkin mentri kelautan diangkat orang darat yang tinggal di gunung, tidak pernah ke laut kan?.
"Oh kan bisa saja lebih bagus nanti, kita harus berfikir out of box, oh ini orangnya pintar, cerdas, sukses bla bla bla," ya memang itu bisa saja terjadi 1 dari 100 atau malah 1 dari 1000, lalu apakah kita akan berjudi dengan hal yang sangat krusial itu? ini sama dengan anda sakit lalu berobat ke tukang parkir, lalu berkata ya kan bisa saja tukang parkirnya mantan dokter atau pernah kuliah kedokteran. kalau untuk anda sendiri silahkan, tapi kalau untuk orang banyak jangan berandai-andai, jangan berjudi.
Ok orangnya pintar, cerdas, bagus, sukses bla bla ok gini, bukankah masa awal jabatannya dia butuh waktu penyesuaan? belajar? dan jabatan ini tidak selamanya, bahkan bisa saja di reshuffle sebelum habis masa jabatan kan. Tapi jika kita angkat ahlinya tidak ada lagi buang-buang waktu belajar, menyesuaikan diri, dll. Langsung bekerja dan langsung mengerjakan yang poin-poin yang paling penting karena memang itulah dunianya, dia ahli dan faham.
Dalam pengembangan yang sudah ada diperbaiki, lalu diterapkan, jika ada kekurangan diperbaiki lagi begitu seterusnya sampai suatu sistem mendekati sempurna. Kalau sistem setiap ganti pimpinan buat lagi dari nol, maka kita akan jalan ditempat. Dana habis, masyarakat teraniaya.
Sekarang kita lihat kegaduhan yang terjadi. Awal-awal masa jabatan bukannya mulai bekerja atau membuat program yang krusial, prioritas, urgent, malah membuat gaduh indonesia.
Saya juga tidak bisa menyalahkan presiden karena memang kita tersandra sistem. Titipan, bagi-bagi kursi, balas jasa, tidak bisa dihindarkan. oh mentri hak preogatif presiden, hahaha yakin? itu hanya slogan saja. Makin gemuk koalisi makin banyak bagi-bagi. Okelah walau tidak semua, hanya beberapa saja mentri yg pilihan presiden. Jadi ya selama kita pakai sistem ini, ini akan terus berulang. Oh ada mentri yang bagus kok, ya itu hanya kebetulan 1 dari 10.
Di sisi partaipun dia akan mengajukan kadernya atau ketuanya, yang loyal, yang bisa dipercaya akan akan memajukan partai. Kalau calon itu sesuai keahlian dengan posisi itu cuman bonus. :p Sangat sedikit kemungkinan partai mencari orang yang paling ahli apalagi diluar partainya untuk suatu posisi dan mengabaikan hal lainnya diatas.
Saya pribadi sudah berlepas harapan, terserah saja asal aman, damai dan indonesia tidak bubar. Bersuara pun tak akan didengar tak akan berpengaruh apapun, lihat saja pelemahan KPK, mahasiswa se indonesia demo saja tak dapat merubah apapun, bahkan sampai kehilangan nyawa, luka-luka. Setiap hari hanya bisa berdoa semoga tuhan menjaga Indonesia aman damai sejahtera, aamiin.
Terakhir sebagai pengingat ada hadits nabi:
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Sinan] telah menceritakan kepada kami [Fulaih bin Sulaiman] telah menceritakan kepada kami [Hilal bin Ali] dari ['Atho' bin yasar] dari [Abu Hurairah] radhilayyahu'anhu mengatakan; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi." Ada seorang sahabat bertanya; 'bagaimana maksud amanat disia-siakan?' Nabi menjawab; "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu." Hadits Bukhari Nomor 6015.