Fenomena Banyak Orang yang tiba-tiba jadi Ahli Politik saat Pilkada dan Pilres
Sebenarnya ini fenomena lucu dan unik, biasanya pada saat-saat akan pilkada atau pemilu maka orang-orang banyak yang tiba-tiba jadi ahli politik. Membahas ini dan itu dengan berbagai istilah dan gaya keren intelek. Mencaci-maki, menghina, menyebar hoax, Hate Speech dll. Kadang yang bicara ini gak sekolah, drop out sekolah, rangking belakang, preman, anak nakal, sering bolos, dst. Pekerjaannya kadang juga tidak berhubungan dengan politik. Jangan kan jadi aggota partai, atau anggota organisasi, jadi ketua kelas saja tidak pernah hahahaha :D.
Hal ini biasanya terjadi karena salah berteman, salah bacaan. Berteman dengan pembuat/penyebar hoax. Banyak membaca postingan dari page hoax. Banyak membaca situs hoax. Dan merasa sudah pintar, tau dan ahli di bidang politik.
Untuk orang yang begitu kita tidak boleh keras, menjatuhkan atau meremehkan mereka. Jangan meladeninya apalagi melawannya berdebat. Karena hal yang biasa jika di permasalahkan malah akan jadi besar. Selain itu juga menjaga kita dari menambah dosa. Kita wajib mengingatkan, ingatkan kalau tidak punya dasar ilmu dalam suatu perkara baiknya diam atau berkata baik-baik saja. Serahkan semua ke ahlinya. Kalau berpendapat boleh saja, silahkan tapi sampaikan dengan baik jangan tendensius dan sertakan sumber yang kredibel. Kalau sudah diingatkan masih juga ya biarkan saja, karena kewajiban kita hanya mengingatkan.
Banyak sekali sekarang sumber yang tidak kredibel(kalau tidak bisa dibilang hoax). Kami sebagai orang IT sebenarnya punya tanggung jawab moral soal ini. Itu ibu, bapak, orang tua kita, keluarga kita, famili kita,tetangga kita, saudara kita. Kita harus menjelaskan apa itu hoax, bagaimana mengetahuinya, apa ciri-cirinya dan apa konsekuensinya. Kita faham dan maklum teknologi sudah masuk jauh ke masyarakat, sampai ke pelosok-pelosok dan pedesaan. Orang tidak lagi hanya menjadikan sumber informasi televisi dan surat kabar. Sekarang ada media online dan media sosial. Nah disinilah banyak hoax berseliweran. Tidak seperti media tv dan surat kabar. Di internet sangat mudah memproduksi hoax. Belum lagi banyaknya orang-orang yang baru(gaptek) dalam teknologi ini, sebagai sasaran penyebarannya.
Dimedia sosial saya berulang kali mengaingatkan jangan share apapun dari media yang tidak jelas alamat dan susunan redaksinya. Untuk di media sosial jangan share apapun yang dibuat akun/page yang tidak jelas. Kalau akun, akun menggunakan data palsu. Kalau page tidak ada kontak dan pengelolanya. Ciri yang paling mudah dikenali adalah biasanya postingan bersifat tendensius, mendukung salah satu calon, tidak ada sumber resminya.
Banyak sekali kita lihat penyebar hoax yang kadang tidak tahu itu hoax harus berurusan dengan hukum, sampai di penjara. Kalau sudah begini biasanya yang menderita adalah keluarganya, yang dibelanya jangankan menolong tahu saja tidak. Makanya kita harus berhati-hati dengan berita yang tidak jelas sumber dan kebenarannya. Kalau mau juga menambah wawasan dan membagikannnya ambillah dari media nasonal atau media lokal yang jelas badan hukum, alamat dan redaksinya.
Sebenarnya saya tidak setuju dengan hukuman bagi penyebar hoax, karena menurut saya yang harus dihukum itu ada pembuat hoax, bukan penyebar hoax. Karena pembuat hoax dia melakukannya dengan sadar dan dia tahu itu salah. Sedangkan penyebar bisa jadi dia tidak tahu itu hoax, bisa jadi dia gaptek, bisa jadi dia tertipu dan banyak hal lainnya. Sama seperti narkoba kalau ingin melawan narkoba tangkap pembuatnya/produsen bukan pemakainya saja.