Alhamdulillah Bisa Membantu Orang yg sedang kena Musibah
Perjalanan dari solok menuju ke padang kemaren sungguh unik. Dengan perasaan was-was dan sedikit cemas karena ban belakang motor sudah licin alias botak. teringat kata bapak sebelum pergi "hati-hati ya ban belakangnya sudah licin.." sedangkan jalan yg ditempuh naik turun, tikungan tajam, lobang, jurang dan rimba kiri kana. takutnya kalau bocor tempat tambal ban jarang dan jauh. hari juga sudah sore. Rem cakram belakang juga bunyi-bunyi menambah cemas saja.
Waktu lewat kira-kira 500 meter lebih dari plang jembatan timbang lubuk selasih saya melihat ibu-ibu tanpa alas kaki berjalan di belakang mengiringi bapak-bapak yang menuntun motor mionya. terlihat ibu-ibu itu sudah agak jauh ketinggalan dari bapak. saya buka kaca helm, "astaga firullah kasian..." semoga ada yg menolongnya. karena ibu-ibu dan bapak-bapak itu akan melewati tempat orang-orang berhenti. terlihat 2 orang pribumi menjajakan burung.
Saya terus jalan melihat kebelakang tapi tak ada yg membantu atau mendekati ibu-ibu bapak-bapak itu. Saya terus jalan tapi memeperlambat laju motor. ibu-ibu dan bapak-bapak itu sudah hilang dari pandangan. Saya teringat baru tadi malamnya ibu saya bercerita kalau sebelumnya terjadi pas seperti tadi. cuman ibu dan bapak malam-malam dan hujan pula. ban motor bocor ga ada tukang tambal yg buka. bapak dah menuntun motor di depan, ibu dah ketinggalan jauh di belakang karena lelah dan kedinginan. untung ada bapak-bapak pake mobil yg menolong. pertama bapak itu cuman lewat tapi mungkin karena kasihan melihat ibu kembali dan mengantar pulang ke rumah dipayobasung.
Saya tanya-tanya bapak itu mau berterima kasih sekalian pergi lebaran. kata ibu rumahnya di belakang rumah sakit adnan wd payakumbuh, istrinya guru apa lupa juga cerita ibu. namanya ibu lupa tapi saya yakin bisa menemukannya. tapi besok pagi saya harus ke solok menemui ortu pacar. mungkin lain waktu saya cari penolong itu.
Pemandangan itu kembali terlihat di belakang saya tadi. saya seolah melihat ayah ibu saya, tempat tambal ban jauh. rimba kiri-kanan. saya juga ga ingat dimana saya melihat tempat tambal ban waktu lewat tadi. akhirnya saya hentikan motor dan putar balik menyusul ibu-ibu dan bapak-bapak tadi. saya kesampingkan kecemasan kalau malah motor saya yg bocor. menolong sesama lebih penting. mungkin ini hikmah cerita ibu pada saya.
Ternyata saya agak jauh juga lewat. sampai di tempat orang berhenti saya cuma menjumpai penjual burung. ah semoga ada yg menolong pikir saya. tapi saya teruskan untuk memastikan. setelah beberapa puluh meter astaga ternyata masih ada ibu-ibu dan bapak-bapak itu. ibu-ibu itu sudah ketinggalan 10 meteran di belanag bapak-bapak yg menuntun motor mio yg bocor.
Saya berhenti naiklah buk biar saya antar ke tempat tambal ban terdekat di depan sambail kita cari nanti saya susul lagi bapak, kata saya. ibu itu lagu meneriaki bapak di depan. bapak itu pun berhenti. ibu-ibu itu naik sambil mengucapkan terima kasih. saya mendekati bapak itu. ibu itu bicara duluan kalo diantar mencari tempat tambal ban di depan. iya iya kata bapak itu. saya tanya dimana bocornya, jawab bapak itu dah lewat dari rumah makan katanya. saya pikir wah sudah jauh juga bapak dan ibu ini jalan. saya jelaskan lagi saya akan bawa ibu mencari tempat tambal di depan nanti saya tinggal ibu di tempat tambal ban itu saja karena kasin ibu dah susah jalan dibelakang tanpa alas kaki. bapak itu mengiyakan dan katanya mungkin ada tambal benen di dekat jembatan timbang lubuk selasih.
Saya berangkat di jalan ibu-ibu itu tak henti berterima kasih. ibu bercerita kalau sebelum dah bocor dan ada ada anaknya brimob di padang sarai padang katanya membantu dan malah menawarkan memakai motor teman. tapi bapak tetap memakai motor mio itu setelah selesai di tambal. sedangkan anak atau cucu saya lupa di naikkan ke bus. tapi lepas rumah makan bocor lagi.
Selain punya anak di brimob di padang ibu itu juga bercerita punya anak sedang kuliah di akper. dan menanyakan dimana saya bekerja juga. setelah sampai di jembatan timbang lubuk selasih saya lihat kiri-kana. tidak ada terlihat tukang tambal benen. saya coba menepi dan bertanya pada ibu-ibu di depan rumah makan. tapi ibu-ibu di belakang saya langsung duluan bertanya dimana tempat tambal benen. ibu-ibu rumah makan itu menjawab ada di dekat pos polisi di bawah. oh dekat samsat ya? tanya saya. benar kata ibu itu.
Saya lanjutkan menuju ke pos polisi dekat kantor samsat. sambil terus melihat kiri-kanan. ibu itu kembali bercerita kalau sejak tadi tak berhenti berzikir. senang saya mendengarnya. karena saya juga kalo lagi dimotor biasanya zikir alhamdulillah terus dari pada pikiran kosong. terus saya tanya juga kenapa tidak pakai alas kakinya. ibu itu menjawab kaki ibu sudah lecet. saya mikir mungkin karena sudah jauh berjalan.
Sampai di dekat pos polisi saya lihat-lihat di sana lumayan ramai banyak mobil fuso berhenti. saya berhenti dan bertanya pada bapak-bapak yg sedang duduk2 di atas motor dimaa tempat tambal ban. oh itu kata bapak menunjuk tepat di depan kantor samsat.
saya langsung menuju tambal benen itu. saya turunkan ibu-ibu itu disana. ibu-ibu itu memastikan kalau bisa menambal ban. dan setelah itu saya balik menemui bapak-bapak yg menuntun motor. tunggu disini ya buk saya liat bapak dl kata saya.
Ternyata jauh juga dari pos polisi ke posisi bapak. saya berhenti. saya beritahu ada tempat tambal ban di depan kantor samsat d depan. bapak naik saja atau bapak boncengan pegang motor bs gak ya. tanya saya. kata bapak itu ga bisa dinaiki nanti rusak plat sama benenya. tidak apa-apa bapak jalan saja kan cuma 1 kilo meteran lagi. kata bapak itu. ya sudah kalau lelah berhenti dl pak kan dah jelas ada tempat tambal di depan. ibu nunggu disana kata saya. saya balik dulu ya pak saya mau ke adang takut terlalu malam sampai di padang. kata saya. dan bapak itupun mengucapkan terima kasih.
Saya melanjutkan perjalanan. masih cemas dan kasihan juga sama bapaknya tapi syukurlah di depan sudah ada tempat tambal ban walau agak jauh. dijalan ke padang saya lega sekali bisa membantu sebisa saya. teringat bapak penolong ortu saya yg tak tahu siapa sama dengan barusan ibu dan bapak itu juga tak tahu saya bahkan nama saya. :) semoga jadi pelajaran bagi kita bersama agar saling tolong-menolong sesama.